Rabu, 13 April 2011
PESAN PERLAWANAN
PESAN PERLAWANAN
Oleh: Muntaha Bulkini
( Alumni Jurusan Sejarah UIN Ciputat,
Pimpinan Jamaah Ansharut Tauhid Tangerang)
Munculnya perlawanan dari individu dan kelompok yang memperjuangkan tegaknya Syariat Islam merupakan teguran bagi umat Islam, Ulama dan Penguasa negeri ini. Mereka mengusung eksistensi manusia sebagai sasaran Al-Qur’an. Saat ini umat Islam seharusnya berupaya keras menjadi objek sasaran Al-Qur’an seperti generasi pertama umat ini. Bukankah manusia sekarang sama dengan manusia sejak nabi Adam sampai umat Rasulullah saw., dalam hakikat dan fitrahnya? Meskipun alam raya terjadi perubahan situasi dan kondisi tetapi manusia tidak akan pernah berubah menjadi mankhluk lain atau makhluk modern untuk menyemarakkan bumi ini. Paradigma ini yang menjadi inspirasi perlawanan itu.
Dalam garis yang berseberangan, kebanyakan umat Islam, ulama bahkan penguasa negeri ini, dalam sejarah perlawanan masa Rasulullah saw., persis orang-orang Arab Jahiliyah, yang beranggapan bahwa Al-Qur’an hanyalah kumpulan teks ciptaan manusia sehingga tidak bisa mendatangkan mukjizat. Mereka menuntut kehadiran mukjizat materi seperti yang didemonstrasikan oleh para rasul sebelumnya. Inilah masa kekanak-kanakan kemanusiaan yang pernah dialami oleh Orang-orang Jahiliyah. Bahkan lebih dari jahiliyah, ulama dan penguasa ini, karena atas pesanan dari musuh-musuh Allah (Yahudi & Nasrani), secara lantang mereka ganti dan mengacak-acak Al-Qur’an.
Orang-orang Arab Jahiliyah sangat menyanjung kepiawaian berekspresi (bersyair) dan saling membanggakan di “pasar-pasar” mereka. Bukankah kebanyakan tiga elemen ini lebih banyak menyanjung dan membanggakan produk musuh-musuh Allah dalam setiap aspek kehidupan. Ketiganya mengaku muslim, dengan tidak malu-malu bahkan merasa yakin membeli dagangan (=ajaran) musuh-musuh Alah dengan alasan sudah tradisi turun temurun dari nenek moyang. Lihatlah produk jahiliyah liberalisme, kapitalisme, pluralisme, humanisme, demokrasi, materialisme dan nasionalisme. Sikap tersebut yang menyulut api perlawanan dari sebagian kecil umat Islam di negeri ini, yang kemudian dijuluki oleh Thaghut (=Penguasa) dengan Teroris, Radikal, fundamental. Tetapi beruntung Allah member peringatan kepada umat yang menolong agama-Nya, “… janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al-Qur’an ini dan buatlah hiruk pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan mereka”. (QS. Fushshilat:26). Sampai kiamatpun tidak terbantahkan bahwa jelas ada pesan perlawanan dari musuh-musuh Allah agar syariat Islam tidak tegak di bumi ini, Indonesia sekalipun.
Pesan Kedua
Seharusnya penguasa negeri ini sadar, maraknya perlawanan dari kelompok Pejuang Tauhid maupun kelompok Pejuang Liberalisme, Egoisme, Rasisme, Tribalisme, Primordialisme, dan Aliran Sesat yang di dalamnya termasuk Jama’ah Iblis Liberal (JIL), indikasi bahwa ikatan nasionalisme atau Bhinneka Tunggal Ika (berbeda tetapi satu) sedang dipertaruhkan. Mestinya umat Islam dan ulama “Jangan pura-pura tidak tahu, karena mencari aman atau takut”, bahwa ikatan nasionalisme merupakan senjata pemusnah Aqidah dari musuh-musuh Allah dan musuh-musuh besar bangsa ini (Yahudi dan antek-anteknya). Mereka paham betul titik-titik kekuatan Islam. Mereka adalah kelompok yang dikatakan Alah sebagai, “Orang-orang (Yahudi & Nasrani) yang telah Kami beri Al-Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri.” (QS. Al-Baqarah: 146). Mereka tidak pernah lupa bahwa perkumpulan atas asas aqidah adalah salah satu rahasia kekuatan umat Islam. Ini pesan perlawanan musuh-musuh Allah.
Senjata pemusnah tersebut memiliki peluru yang bernama “berhala”. Kadang mereka namakan tanah air, bangsa, ras, nasionalisme, rasionalisme, tribalisme, materialisme, hedonisme, komunisme, serta kebebasan beragama. Isu terorisme, radikalisme, anti Pancasila, ekstrim kanan, pemberontak, pengacau keamanan, bagian dari gas beracun udara dan ranjau darat yang tengah disemai dalam jantung kehidupan umat Islam. Dari sekian ranjau, ahmadiyah, aliran sesat dan teroris adalah amunisi paling berbahaya karena dibungkus oleh selongsong peluru bernama kebebasan beragama, minoritas, dan pengacau keamanan. Bukankah ini rambu-rambu Jahiliyah , yang menjadi Ikatan perlawanan bagi umat islam wahai para pengikut ‘Ilyasiq modern, dan Ulama Su’ ?
Berlawanan dengan itu, sesungguhnya ikatan umat Islam adalah Tauhid, yang bersumber dari Laa Ilaaha Illallah (Tidak Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah). Bandingkan dengan Bhinneka Tunggal Ika !!! Mengapa kita tidak sadar, ketika Alah membuat perumpamaan beragam hubungan dan ikatan Jahiliyah ? Bukankah Al-Qur’an menjelaskan secara gamblang perumpamaan tentang apa yang terjadi antara anak dan bapak, seperti kisah Ibrahim dengan bapak, kaum, dan anak keturunannya? Begitupun perumpamaan antara suami dan istri seperti kisah Nuh dan Luth dan istri-istri mereka, atau antara istri Fir’aun dan Fir’aun ? Atau kisah para Pemuda Ashabul Kahfi dengan keluarga, kaum, negeri, dan tanah airnya. Inilah contoh-contoh yang Alah berikan untuk umat manusia sebagai rambu-rambu jalan yang menunjukkan hakikat ikatan dan landasan berdirinya masyarakat muslim. Di sana berdiri dua ikatan yang berlawanan: Ikatan keluarga, nasab, darah, nasionalisme yang hari ini dianut oleh kebanyakan umat Islam, dengan ikatan Aqidah, Tauhid: Islam, di sisi lain yang saat ini dianut oleh sebagian kecil umat Islam (=Pejuang Tauhid). Dan mari kita saksikan, saat ini para pejuang tegaknya Tauhid tengah menghadapi ujian dengan keluarganya, kaum, tanah air, tumpah darah, kampung halaman, harta benda, kepentingan, masa lalu dan masa depannya.
Mengapa terjadi demikian ? Karena Islam tidak ingin membebebaskan manusia dari berhala-berhala rasisme, nasionalisme, dan antek-anteknya atau membiarkan mereka berperang di bawah panji dan syiar berhala ini. Islam hanya menyeru mereka supaya tunduk kepada Allah, tidak kepada sesuatupun dari makhluk-Nya !!! maka sepanjang sejarah umat manusia, Aqidah Islam / Tahid mengelompokkan manusia dalam 2 kubu: Mukmin dan Kafir, Pengikut Rasul dan para Penyembah Thaghut. Dan inilah yang dimaksud ikatan menurut definisi dan yang diperkenalkan Allah kepada umat Islam yaitu Aqidah Islam / Tauhid. Seperti yang dikatakan Alah, “Sesunggunhnya umatmu ini adalah umat yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku”. (QS. Al-Anbiya: 92). Bukan ikatan nasionalisme: Bhinneka Tunggal Ika menurut definisi dan yang diperkenalkan manusia sebagai makhluk Allah !!!
Pesan Ketiga
Apa yang kita saksikan di belahan benua berpenduduk muslim saat ini, merupakan sejarah panjang perlawanan musuh-musuh Allah (Yahudi, Nasrani) pasca Perang Salib. Pesan perlawanan kali ini melebihi peristiwa bom atom di Hirosima dan Nagasaki. Mari kita buka kembali pesan perlawanan mereka. Fase Pertama, mereka memainkan strategi Rezim Boneka setelah runtuhnya khilafah Turki Usmani sampai saat ini. Tujuannya untuk memecah belah umat Islam dalam beberapa siklus: 1) mengerat dunia Islam menjadi Negara-negara kecil, 2) dengan penguasa yang tidak didukung rakyatnya sendiri, 3) rakyat yang lemah ekonomi, 4) potensi ekonomi ada tapi tak punya kekuatan melindunginya, 5) kekuatan ada tapi tidak punya sentimen agama, 6) punya agam tapi tidak ada pengikutnya, 7) punya pengikut tapi tidak punya tanah air, 8) punya tanah air tapi tidak ada rakyatnya. Menurut Abu Mush’ab As-Suri, mereka mengerat umat Islam yang utuh menjadi kekuasaan-kekuasaan kecil yang dikendalikan para budak.
Strategi ini ibarat membidik 2 burung dengan sebutir batu. Potensi perlawanan rakyat terhadap penjajah akan padam karena secara lahir penjajah akan hengkang, tetapi gantinya akan tersulut perlawanan terhadap penguasa boneka tersebut. Hasilnya Negara terpecah dalam 2 kubu: pihak boneka melawan pihak rakyat yang memberontak. Perpecahan internal terpelihara, kelemahan tetap langgeng, dan penjajah menonoton adegan ini dengan senyum puas. Kepentingan mereka tidak terganggu, darah mereka aman, bahkan mereka bisa masuk seolah sebagai penengah internal. Menurut Hazim Al-Madani, dalam memperlakukan Rezim Boneka, Negara super power dan sekutunya memiliki pendekatan berbeda. Dalam menjajah Maroko, Perancis menyiapkan penguasa boneka dan menanam orang di belakang layar yang akan mengendalikannya, sehingga rezim boneka sebagai pajangan. Sementara Inggris, dalam menjajah India, Brunei, Malaysia, Honggkong, bahkan dengan gaya “menitipkan” Jama’ah Ahmadiyah di Indonesia, mengendalikan rezim boneka melalui pendekatan hukum dan konstitusi yang sudah disiapkan sebelumnya sehingga sesuai dengan visi dan misi penjajah. Mereka mengakomodasi hukum adat sepanjang tidak melakukan perlawanan terhadap penjajah. Siapapun yang akan melawan penjajah pasti akan membentur tembok konstitusi dan tumbang dengan sendirinya. Di sisi lain, Amerika dalam menginvasi Irak, Afganistan, atau dengan “menitipkan” Jamaah Iblis Liberal (JIL) di Indonesia, selalu mengirimkan pasukan yang akan mengkudetanya dengan kasar sesuai dengan arogansinya sebagai penguasa tunggal. Berbeda pula dengan Yahudi Israel, belakangan lebih suka membonceng Amerika karena nafsu mereka cepat tersalurkan dengan gaya cowboy Amerika.
Pesan Keempa
Puncak dari skenario rezim boneka ialah ketika keempat penjajah bersatu dalam agenda Perang dingin, sebuah agenda besar melawan Uni Sovyet dan Afganistan sekaligus dijadikan sebagai medan perang ideologi antara dua adi daya dan sekutunya tersebut. Kemudian koalisi Yahudi-Kristen mengeluarkan kebijakan kepada semua sekutu muslimnya untuk mengobarkan sentiment agama (Islam) pada umat Islam di seluruh dunia dalam rangka menghadang Uni Sovyet. Misi busuk ini bertujuan agar Uni Sovyet dan Afganistan saling bertempur, kelelahan, dan mengalami kerugian, selanjutnya Amerika lah yang mengeruk ghanimahnya.
Ternyata skenario ini tidak sepenuhnya sesuai dengan harapan koalisi, Blessing indisguise (hikmah di balik musibah), setelah boneka tumbang mujahidin kemudian pulang ke daerahnya dengan membawa oleh-oleh jihad. Tak bisa dibendung tren Jihad menjadi selera global di seluruh pelosok dunia. Mujahidin bukan pegawai negeri yang ditugaskan untuk jihad, tetapi orang-orang swasta yang merdeka. Tidak ada konstitusi yang mampu menghadang penyebaran gagasan jihad, karena memang mujahidin di kenal dan tidak mau tunduk pada konstitusi pemerintah yang ada. Mereka bahkan tak terbatasi oleh garis teritorial negara, karena bagi mereka umat Islam tidak memiliki batas wilayah yang pasti.
Al-Qaidah dan Thaliban kemudian muncul sebagai ikon jihad global. Jihad menjadi ruh perlawanan di Somalia, Bosnia, Cechnya, Indonesia, Filipina, dan belahan bumi lain. Bahkan gagasan jihad sudah pernah diterjemahkan secara nyata di tanah Amerika dengan serangan Black September yang fenomenal, atau di Indonesia dengan tragedi BB I-II, Kuningan, Kedubes Asutralia, atau Ritz Coulten yang membawa harum trio mujahid (mukhlas, Imam Samudera, dan Amrozi). Inilah pesan perlawanan terbesar umat Islam dalam menyambut kebangkitan Islam.
Dengan kata lain, semenjak runtuhnya khilafah, umat Islam belum pernah bisa bersatu, tetapi setelah kembali kepada agamanya (Ideologi jihad) mereka bersatu kembali. Jihad berperan sebagai pemersatu. Ini ikatan yang didefinisikan oleh Allah dalam surat Al-Anbiya: 92 di atas.
Fase Kedua, Koalisi Yahudi-Kristen memainkan strategi Perbudakan. Anehnya usaha mereka di dukung oleh sebagian besar umat Islam di dunia, karena dianggap mewakili obsesi Barat dalam mengusung isu HAM, kebebasan beragama, politik, ekonomi, menghargai minoritas, dan sebagainya. Tokoh sentralnya adalah George Bush (mantan presiden Amerika), yang mengobarkan semangat Crussade, Perang Salib.
Pesan Perang Salib ini menurut Mush’ab meliputi beberapa skenario: 1) menawarkan stratregi memahami , kompromi, dan menerima realitas kepada umat Islam melalui para penguasa dan cendikiawan Arab. Tawaran ini disambut dengan antusias oleh penguasa Arab, tidak ketinggalan pula ulama dan cendikiawan muslim di Indonesia. Intinya menurut para munafikin, bahwa Amerika dan sekutunya bukanlah Thaghut yang harus dimusuhi, tetapi mereka juga manusia dan pemimpin pembawa kedamaian dan kebebasan (pluralisme, humanisme, dan liberalisme). 2. Merekayasa kesiapan psikologis umat Islam dengan doktrin dan pemaksaan bahwa Israel adalah Negara kuat dan unggul, si kecil “David’ yang berhadapan dengan raksasa “Goliath’ (Negara-negara Arab) dan mampu mengalahkan mereka. Apapun kemauan Israel harus dituruti. 3. Merancang agar wilayah-wilayah yang kaya SDA bisa dikuasai PBB (Amerika) melalui tangan komprador lokal. Gerakan mereka yang sudah dianggap berhasil misalnya mengagendakan berdirinya negara Israel dari Nil (Mesir) hingga Eufrat (Irak), menyiapkan pemerintahan Nasrani di Mesir Selatan (Agenda ini yang sedang berjalan saat ini), membagi kekuasaan Sudan (Islam vs Kristen), merancang kekuasaan Sunni di Hijaz, merancang pusat pangkalan militer di Filipina, menjadikan sentral Negara Kristen di Asia (timor-Timur), dll. 4. Menetralisir dunia Islam dari unsur-unsur perlawanan bersenjata dengan cara memukul gerakan jihad melalui serangkaian operasi pembunuhan terhadap pemimpin-pemimpin dan menangkap anak buahnya dengan alasan “membasmi pengacau keamanan”. Dari mulai Zia Ulhaq, Syeikh Yasin, Aiman Adz-Dzawihiri, Abdullah Azzam, Abdullah As-Sulaim (Khaththab), Nur Misuari, sampai rencana pembunuhan Ust. Abu Bakar Ba’asyir di Indonesia. 5. Yang lebih berbahaya adalah menceraikan mujahidin dari umat Islam, dengan menjulukinya sebagai kaum Khawarij, kelompok sesat, dan hanya minoritas yang tidak mewakili suara umat Islam bahkan terlepas diri dari mereka. Gerakan musuh ini sedang trendy di Indonesia.
Jangan pernah mengira bahwa skenario ini akan terjadi. Tidak untuk selamanya. “Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahayanya, walaupun orang-orang Kafir tidak menyukainya.” (QS. At-Taubah: 32) “Sesungguhnya orang-orang Kafir menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan, dan ke dalam neraka Jahannamlah orang-orang kafir itu dikumpulkan. Supaya Allah memisahkan (golongan) yang buruk dari yang baik dan menjadikan (golongan) yang buruk itu sebagiannya di atas sebagian yang lain, lalu kesemuanya ditumpukkan-Nya dan dimasukkan-Nya ke dalam neraka Jahannam, mereka itulah orang-orang yang merugi.” (QS. Al-Anfal; 36-37).
Oleh: Muntaha Bulkini
( Alumni Jurusan Sejarah UIN Ciputat,
Pimpinan Jamaah Ansharut Tauhid Tangerang)
Munculnya perlawanan dari individu dan kelompok yang memperjuangkan tegaknya Syariat Islam merupakan teguran bagi umat Islam, Ulama dan Penguasa negeri ini. Mereka mengusung eksistensi manusia sebagai sasaran Al-Qur’an. Saat ini umat Islam seharusnya berupaya keras menjadi objek sasaran Al-Qur’an seperti generasi pertama umat ini. Bukankah manusia sekarang sama dengan manusia sejak nabi Adam sampai umat Rasulullah saw., dalam hakikat dan fitrahnya? Meskipun alam raya terjadi perubahan situasi dan kondisi tetapi manusia tidak akan pernah berubah menjadi mankhluk lain atau makhluk modern untuk menyemarakkan bumi ini. Paradigma ini yang menjadi inspirasi perlawanan itu.
Dalam garis yang berseberangan, kebanyakan umat Islam, ulama bahkan penguasa negeri ini, dalam sejarah perlawanan masa Rasulullah saw., persis orang-orang Arab Jahiliyah, yang beranggapan bahwa Al-Qur’an hanyalah kumpulan teks ciptaan manusia sehingga tidak bisa mendatangkan mukjizat. Mereka menuntut kehadiran mukjizat materi seperti yang didemonstrasikan oleh para rasul sebelumnya. Inilah masa kekanak-kanakan kemanusiaan yang pernah dialami oleh Orang-orang Jahiliyah. Bahkan lebih dari jahiliyah, ulama dan penguasa ini, karena atas pesanan dari musuh-musuh Allah (Yahudi & Nasrani), secara lantang mereka ganti dan mengacak-acak Al-Qur’an.
Orang-orang Arab Jahiliyah sangat menyanjung kepiawaian berekspresi (bersyair) dan saling membanggakan di “pasar-pasar” mereka. Bukankah kebanyakan tiga elemen ini lebih banyak menyanjung dan membanggakan produk musuh-musuh Allah dalam setiap aspek kehidupan. Ketiganya mengaku muslim, dengan tidak malu-malu bahkan merasa yakin membeli dagangan (=ajaran) musuh-musuh Alah dengan alasan sudah tradisi turun temurun dari nenek moyang. Lihatlah produk jahiliyah liberalisme, kapitalisme, pluralisme, humanisme, demokrasi, materialisme dan nasionalisme. Sikap tersebut yang menyulut api perlawanan dari sebagian kecil umat Islam di negeri ini, yang kemudian dijuluki oleh Thaghut (=Penguasa) dengan Teroris, Radikal, fundamental. Tetapi beruntung Allah member peringatan kepada umat yang menolong agama-Nya, “… janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al-Qur’an ini dan buatlah hiruk pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan mereka”. (QS. Fushshilat:26). Sampai kiamatpun tidak terbantahkan bahwa jelas ada pesan perlawanan dari musuh-musuh Allah agar syariat Islam tidak tegak di bumi ini, Indonesia sekalipun.
Pesan Kedua
Seharusnya penguasa negeri ini sadar, maraknya perlawanan dari kelompok Pejuang Tauhid maupun kelompok Pejuang Liberalisme, Egoisme, Rasisme, Tribalisme, Primordialisme, dan Aliran Sesat yang di dalamnya termasuk Jama’ah Iblis Liberal (JIL), indikasi bahwa ikatan nasionalisme atau Bhinneka Tunggal Ika (berbeda tetapi satu) sedang dipertaruhkan. Mestinya umat Islam dan ulama “Jangan pura-pura tidak tahu, karena mencari aman atau takut”, bahwa ikatan nasionalisme merupakan senjata pemusnah Aqidah dari musuh-musuh Allah dan musuh-musuh besar bangsa ini (Yahudi dan antek-anteknya). Mereka paham betul titik-titik kekuatan Islam. Mereka adalah kelompok yang dikatakan Alah sebagai, “Orang-orang (Yahudi & Nasrani) yang telah Kami beri Al-Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri.” (QS. Al-Baqarah: 146). Mereka tidak pernah lupa bahwa perkumpulan atas asas aqidah adalah salah satu rahasia kekuatan umat Islam. Ini pesan perlawanan musuh-musuh Allah.
Senjata pemusnah tersebut memiliki peluru yang bernama “berhala”. Kadang mereka namakan tanah air, bangsa, ras, nasionalisme, rasionalisme, tribalisme, materialisme, hedonisme, komunisme, serta kebebasan beragama. Isu terorisme, radikalisme, anti Pancasila, ekstrim kanan, pemberontak, pengacau keamanan, bagian dari gas beracun udara dan ranjau darat yang tengah disemai dalam jantung kehidupan umat Islam. Dari sekian ranjau, ahmadiyah, aliran sesat dan teroris adalah amunisi paling berbahaya karena dibungkus oleh selongsong peluru bernama kebebasan beragama, minoritas, dan pengacau keamanan. Bukankah ini rambu-rambu Jahiliyah , yang menjadi Ikatan perlawanan bagi umat islam wahai para pengikut ‘Ilyasiq modern, dan Ulama Su’ ?
Berlawanan dengan itu, sesungguhnya ikatan umat Islam adalah Tauhid, yang bersumber dari Laa Ilaaha Illallah (Tidak Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah). Bandingkan dengan Bhinneka Tunggal Ika !!! Mengapa kita tidak sadar, ketika Alah membuat perumpamaan beragam hubungan dan ikatan Jahiliyah ? Bukankah Al-Qur’an menjelaskan secara gamblang perumpamaan tentang apa yang terjadi antara anak dan bapak, seperti kisah Ibrahim dengan bapak, kaum, dan anak keturunannya? Begitupun perumpamaan antara suami dan istri seperti kisah Nuh dan Luth dan istri-istri mereka, atau antara istri Fir’aun dan Fir’aun ? Atau kisah para Pemuda Ashabul Kahfi dengan keluarga, kaum, negeri, dan tanah airnya. Inilah contoh-contoh yang Alah berikan untuk umat manusia sebagai rambu-rambu jalan yang menunjukkan hakikat ikatan dan landasan berdirinya masyarakat muslim. Di sana berdiri dua ikatan yang berlawanan: Ikatan keluarga, nasab, darah, nasionalisme yang hari ini dianut oleh kebanyakan umat Islam, dengan ikatan Aqidah, Tauhid: Islam, di sisi lain yang saat ini dianut oleh sebagian kecil umat Islam (=Pejuang Tauhid). Dan mari kita saksikan, saat ini para pejuang tegaknya Tauhid tengah menghadapi ujian dengan keluarganya, kaum, tanah air, tumpah darah, kampung halaman, harta benda, kepentingan, masa lalu dan masa depannya.
Mengapa terjadi demikian ? Karena Islam tidak ingin membebebaskan manusia dari berhala-berhala rasisme, nasionalisme, dan antek-anteknya atau membiarkan mereka berperang di bawah panji dan syiar berhala ini. Islam hanya menyeru mereka supaya tunduk kepada Allah, tidak kepada sesuatupun dari makhluk-Nya !!! maka sepanjang sejarah umat manusia, Aqidah Islam / Tahid mengelompokkan manusia dalam 2 kubu: Mukmin dan Kafir, Pengikut Rasul dan para Penyembah Thaghut. Dan inilah yang dimaksud ikatan menurut definisi dan yang diperkenalkan Allah kepada umat Islam yaitu Aqidah Islam / Tauhid. Seperti yang dikatakan Alah, “Sesunggunhnya umatmu ini adalah umat yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku”. (QS. Al-Anbiya: 92). Bukan ikatan nasionalisme: Bhinneka Tunggal Ika menurut definisi dan yang diperkenalkan manusia sebagai makhluk Allah !!!
Pesan Ketiga
Apa yang kita saksikan di belahan benua berpenduduk muslim saat ini, merupakan sejarah panjang perlawanan musuh-musuh Allah (Yahudi, Nasrani) pasca Perang Salib. Pesan perlawanan kali ini melebihi peristiwa bom atom di Hirosima dan Nagasaki. Mari kita buka kembali pesan perlawanan mereka. Fase Pertama, mereka memainkan strategi Rezim Boneka setelah runtuhnya khilafah Turki Usmani sampai saat ini. Tujuannya untuk memecah belah umat Islam dalam beberapa siklus: 1) mengerat dunia Islam menjadi Negara-negara kecil, 2) dengan penguasa yang tidak didukung rakyatnya sendiri, 3) rakyat yang lemah ekonomi, 4) potensi ekonomi ada tapi tak punya kekuatan melindunginya, 5) kekuatan ada tapi tidak punya sentimen agama, 6) punya agam tapi tidak ada pengikutnya, 7) punya pengikut tapi tidak punya tanah air, 8) punya tanah air tapi tidak ada rakyatnya. Menurut Abu Mush’ab As-Suri, mereka mengerat umat Islam yang utuh menjadi kekuasaan-kekuasaan kecil yang dikendalikan para budak.
Strategi ini ibarat membidik 2 burung dengan sebutir batu. Potensi perlawanan rakyat terhadap penjajah akan padam karena secara lahir penjajah akan hengkang, tetapi gantinya akan tersulut perlawanan terhadap penguasa boneka tersebut. Hasilnya Negara terpecah dalam 2 kubu: pihak boneka melawan pihak rakyat yang memberontak. Perpecahan internal terpelihara, kelemahan tetap langgeng, dan penjajah menonoton adegan ini dengan senyum puas. Kepentingan mereka tidak terganggu, darah mereka aman, bahkan mereka bisa masuk seolah sebagai penengah internal. Menurut Hazim Al-Madani, dalam memperlakukan Rezim Boneka, Negara super power dan sekutunya memiliki pendekatan berbeda. Dalam menjajah Maroko, Perancis menyiapkan penguasa boneka dan menanam orang di belakang layar yang akan mengendalikannya, sehingga rezim boneka sebagai pajangan. Sementara Inggris, dalam menjajah India, Brunei, Malaysia, Honggkong, bahkan dengan gaya “menitipkan” Jama’ah Ahmadiyah di Indonesia, mengendalikan rezim boneka melalui pendekatan hukum dan konstitusi yang sudah disiapkan sebelumnya sehingga sesuai dengan visi dan misi penjajah. Mereka mengakomodasi hukum adat sepanjang tidak melakukan perlawanan terhadap penjajah. Siapapun yang akan melawan penjajah pasti akan membentur tembok konstitusi dan tumbang dengan sendirinya. Di sisi lain, Amerika dalam menginvasi Irak, Afganistan, atau dengan “menitipkan” Jamaah Iblis Liberal (JIL) di Indonesia, selalu mengirimkan pasukan yang akan mengkudetanya dengan kasar sesuai dengan arogansinya sebagai penguasa tunggal. Berbeda pula dengan Yahudi Israel, belakangan lebih suka membonceng Amerika karena nafsu mereka cepat tersalurkan dengan gaya cowboy Amerika.
Pesan Keempa
Puncak dari skenario rezim boneka ialah ketika keempat penjajah bersatu dalam agenda Perang dingin, sebuah agenda besar melawan Uni Sovyet dan Afganistan sekaligus dijadikan sebagai medan perang ideologi antara dua adi daya dan sekutunya tersebut. Kemudian koalisi Yahudi-Kristen mengeluarkan kebijakan kepada semua sekutu muslimnya untuk mengobarkan sentiment agama (Islam) pada umat Islam di seluruh dunia dalam rangka menghadang Uni Sovyet. Misi busuk ini bertujuan agar Uni Sovyet dan Afganistan saling bertempur, kelelahan, dan mengalami kerugian, selanjutnya Amerika lah yang mengeruk ghanimahnya.
Ternyata skenario ini tidak sepenuhnya sesuai dengan harapan koalisi, Blessing indisguise (hikmah di balik musibah), setelah boneka tumbang mujahidin kemudian pulang ke daerahnya dengan membawa oleh-oleh jihad. Tak bisa dibendung tren Jihad menjadi selera global di seluruh pelosok dunia. Mujahidin bukan pegawai negeri yang ditugaskan untuk jihad, tetapi orang-orang swasta yang merdeka. Tidak ada konstitusi yang mampu menghadang penyebaran gagasan jihad, karena memang mujahidin di kenal dan tidak mau tunduk pada konstitusi pemerintah yang ada. Mereka bahkan tak terbatasi oleh garis teritorial negara, karena bagi mereka umat Islam tidak memiliki batas wilayah yang pasti.
Al-Qaidah dan Thaliban kemudian muncul sebagai ikon jihad global. Jihad menjadi ruh perlawanan di Somalia, Bosnia, Cechnya, Indonesia, Filipina, dan belahan bumi lain. Bahkan gagasan jihad sudah pernah diterjemahkan secara nyata di tanah Amerika dengan serangan Black September yang fenomenal, atau di Indonesia dengan tragedi BB I-II, Kuningan, Kedubes Asutralia, atau Ritz Coulten yang membawa harum trio mujahid (mukhlas, Imam Samudera, dan Amrozi). Inilah pesan perlawanan terbesar umat Islam dalam menyambut kebangkitan Islam.
Dengan kata lain, semenjak runtuhnya khilafah, umat Islam belum pernah bisa bersatu, tetapi setelah kembali kepada agamanya (Ideologi jihad) mereka bersatu kembali. Jihad berperan sebagai pemersatu. Ini ikatan yang didefinisikan oleh Allah dalam surat Al-Anbiya: 92 di atas.
Fase Kedua, Koalisi Yahudi-Kristen memainkan strategi Perbudakan. Anehnya usaha mereka di dukung oleh sebagian besar umat Islam di dunia, karena dianggap mewakili obsesi Barat dalam mengusung isu HAM, kebebasan beragama, politik, ekonomi, menghargai minoritas, dan sebagainya. Tokoh sentralnya adalah George Bush (mantan presiden Amerika), yang mengobarkan semangat Crussade, Perang Salib.
Pesan Perang Salib ini menurut Mush’ab meliputi beberapa skenario: 1) menawarkan stratregi memahami , kompromi, dan menerima realitas kepada umat Islam melalui para penguasa dan cendikiawan Arab. Tawaran ini disambut dengan antusias oleh penguasa Arab, tidak ketinggalan pula ulama dan cendikiawan muslim di Indonesia. Intinya menurut para munafikin, bahwa Amerika dan sekutunya bukanlah Thaghut yang harus dimusuhi, tetapi mereka juga manusia dan pemimpin pembawa kedamaian dan kebebasan (pluralisme, humanisme, dan liberalisme). 2. Merekayasa kesiapan psikologis umat Islam dengan doktrin dan pemaksaan bahwa Israel adalah Negara kuat dan unggul, si kecil “David’ yang berhadapan dengan raksasa “Goliath’ (Negara-negara Arab) dan mampu mengalahkan mereka. Apapun kemauan Israel harus dituruti. 3. Merancang agar wilayah-wilayah yang kaya SDA bisa dikuasai PBB (Amerika) melalui tangan komprador lokal. Gerakan mereka yang sudah dianggap berhasil misalnya mengagendakan berdirinya negara Israel dari Nil (Mesir) hingga Eufrat (Irak), menyiapkan pemerintahan Nasrani di Mesir Selatan (Agenda ini yang sedang berjalan saat ini), membagi kekuasaan Sudan (Islam vs Kristen), merancang kekuasaan Sunni di Hijaz, merancang pusat pangkalan militer di Filipina, menjadikan sentral Negara Kristen di Asia (timor-Timur), dll. 4. Menetralisir dunia Islam dari unsur-unsur perlawanan bersenjata dengan cara memukul gerakan jihad melalui serangkaian operasi pembunuhan terhadap pemimpin-pemimpin dan menangkap anak buahnya dengan alasan “membasmi pengacau keamanan”. Dari mulai Zia Ulhaq, Syeikh Yasin, Aiman Adz-Dzawihiri, Abdullah Azzam, Abdullah As-Sulaim (Khaththab), Nur Misuari, sampai rencana pembunuhan Ust. Abu Bakar Ba’asyir di Indonesia. 5. Yang lebih berbahaya adalah menceraikan mujahidin dari umat Islam, dengan menjulukinya sebagai kaum Khawarij, kelompok sesat, dan hanya minoritas yang tidak mewakili suara umat Islam bahkan terlepas diri dari mereka. Gerakan musuh ini sedang trendy di Indonesia.
Jangan pernah mengira bahwa skenario ini akan terjadi. Tidak untuk selamanya. “Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahayanya, walaupun orang-orang Kafir tidak menyukainya.” (QS. At-Taubah: 32) “Sesungguhnya orang-orang Kafir menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan, dan ke dalam neraka Jahannamlah orang-orang kafir itu dikumpulkan. Supaya Allah memisahkan (golongan) yang buruk dari yang baik dan menjadikan (golongan) yang buruk itu sebagiannya di atas sebagian yang lain, lalu kesemuanya ditumpukkan-Nya dan dimasukkan-Nya ke dalam neraka Jahannam, mereka itulah orang-orang yang merugi.” (QS. Al-Anfal; 36-37).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar